Membaca berita mengenai kunjungan SBY ke Polandia, mengingatkan dan menyemangati saya untuk menulis sekaligus juga sharing beberapa foto, menceritakan pengalaman mengunjungi sebuah tempat dimana sebuah sejarah kekejaman diabadikan. Auschwitz Concentration
Camp di Polandia.
Camp di Polandia.
Di hari yang masih dingin dibawah 20 derajat celcius di bulan Maret tahun lalu,saya bersama rombongan menginjakkan kaki ke sebuah camp konsentrasi Nazi terbesar yg telah meninggalkan kenangan pahit kekejaman & kekejian manusia atas manusia lainnya, Auschwitz-
Birkenau.
Camp konsentrasi Auschwitz – Birkenau, terletak di Polandia kurang lebih 50 km luar kota
Krakow. Merupakan saksi sejarah gelap masa pemerintahan Hitler dengan pasukan Nazi-nya yang hingga saat ini pun masih menimbulkan reaksi emosional untuk berbagai kalangan.
Situs Auschwitz-Birkenau dikunjungi lebih dari 1,6 juta orang per tahun. Memasuki gerbang
Auschwitz, ada suasana berbeda dimana pengunjung terlihat berjalan dalam diam, hanya
sesekali berbisik sambil memotret sekelilingnya.Keheningan yg terasa mencekam, membuat
suara pemandu lewat wireless earphone terdengar berbisik dan gesekan sepatu dengan
daun kering terasa berisik.
Auschwitz – Birkenau disebut juga sebagai Gate to Hell atau Gerbang Kematian terbagi
menjadi 3 lokasi,
Auschwitz I sebagai pusat administrasi, operasional dan pengawasan.
Auschwitz II – Birkenau sebagai kamp eksekusi.
Auschwitz III – Monowitz sebagai kamp pekerja.
Walaupun dibedakan berdasarkan fungsinya tapi eksekusi dan kematian karena sebab lain
bisa terjadi setiap saat di camp manapun.
Auschwitz - Birkenau merupakan camp yang terbesar dengan jumlah korban diperkirakan
3 juta jiwa tewas, dimana tercatat sebayak 2.500.000 tahanan menjalani hukuman mati
dalam kamar gas atau Gas Chamber dan perkiraan 500 ribu lainnya menjalani hukuman
dengan cara lain, terkena berbagai macam wabah penyakit atau kelaparan.
Camp konsentrasi didirikan oleh tentara Nazi Jerman, tujuannya untuk menempatkan /
memenjarakan dan menjatuhkan hukuman mati para pelaku kriminal, kelompok-kelompok
etnis tertentu atau orang-orang yang dianggap melanggar kebijakan penguasa dalam
satu area dan 90% diantaranya adalah warga Yahudi. Camp konsentrasi ini sangat luas dengan bangunan- bagunan tua berumur hampir seratus
tahun yang masih berdiri dengan kokoh disana.
Dalam menjalani kehidupan di camp, para penghuninya diharuskan melakukan berbagai
pekerjaan secara paksa tanpa bayaran dan jatah makanan yang sangat minim, sambil
menunggu waktu untuk menjalani eksekusi.
Camp konsentrasi Auschwitz - Birkenau saat ini menjadi museum yang masih menyisakan
kesuraman dan kengerian di sebagian besar bagiannya.Memasuki beberapa gedung, terasa
sekali hawa dingin, sepi, suram dan mencekam dari setiap ruangan yang dimasuki.
Ditampilkan foto-foto yang menceritakan situasi masa lalu untuk menjadi pelajaran bagi
manusia-manusia di masa sekarang.
Juga ditampilkan foto-foto para korban kesadisan sebuah imperium bernama Nazi Jerman,
Laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang harus mengakhiri hidupnya secara
mengenaskan.
Saksi-saksi bisu bisa dilihat dari ruangan berdinding kaca yang isinya adalah guntingan-
guntingan rambut berwarna coklat, hitam, pirang yang banyak diantaranya masih berupa
jalinan kepang utuh.
Ruangan- ruangan lain berisi sepatu, sisir dan sikat rambut, panci dan peralatan masak
yang disita, koper-koper lengkap dengan isinya yang dipisah paksa dari pemiliknya, kaki
palsu,
kaca mata. Ribuan bahkan mungkin jutaan jumlahnya.
Membuat perut terasa mual membayangkan situasi saat itu…
Kisah calon korban dijejal seperti ternak di gerbong-gerbong tertutup dengan bau klorin
menyengat sudah banyak dibaca dan ditonton lewat film, baik dokumenter maupun berdasar
kisah nyata. Yang dianggap ’tak berguna’ dan ’bersalah’ tewas dalam hitungan detik oleh
uap Zyclon B, hasil senyawa udara dengan granul sianida di kamar gas, atau dibiarkan
kedinginan dan kelaparan sampai tewas.
Memasuki ruang-ruang eksekusi membuat bulu kuduk merinding, membayangkan ratusan
ribu nyawa yang melayang di ruangan2 ini.
Masih berdirinya juga dengan angkuhnya gedung yang dulunya digunakan oleh para tentara
SS untuk menjaga camp konsentrasi tersebut.
Bangsal tidur dan ruang kantor para penjaga camp juga masih diabadikan dan bisa dilihat
di beberapa bagian museum tersebut.
Pagar-pagar beraliran listrik tegangan tinggi yang mengelilingi camp tersebut menambah
suasana kejam yang bekasnya seolah masih bisa dirasakan hingga sekarang.
Auschwitz adalah saksi kekejaman masa lalu yang tidak diharapkan bakal terjadi lagi.
Melihat langsung saksi-saksi bisu di Auschwitz, untuk kali ini saya tidak sependapat dengan
Ahmadinejad – sekarang mantan Presiden Iran yang mengatakan bahwa holocaust
hanyalah sebuah mitos. Hanya saja kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina saat ini,
terasa seperti balas dendam salah sasaran yang dilakukan orang para Zionis atas perlakuan
Nazi terhadap moyang mereka dahulu.
Mengutip Dr Armada Riyanto SJ, Direktur Sekolah Tinggi Filsafat Widya Mandala yang
bertahun-tahun melakukan riset tentang holocaust :
“Bagaimana Israel bisa menabrak nurani moral etisnya yang diyakini menjadi ciri keyahudian
setelah Auschwitz, dengan serangan-serangan brutalnya ke wilayah Palestina ‘menjadikan’ Auschwitz tak benar-benar menjadi masa lalu,” kata Armada,
”Pemusnahan oleh perang dan kebencian masih terus terjadi....”
September 2013
Yadid ARA
No comments:
Post a Comment